Nama: Sharia Vebiriana
Kelas: 3PA03
NPM: 16512960
Penjelasan Dari Perbedaan Psikoterapi
Dan Konseling
Perlu dijelaskan kembali sebelumnya
mengenai perbedaan antara psikoterapi dan konseling, bahwa dijelaskan menurut
Wolberg dan Frank (1967, dalam Slamet 2003) psikoterapi adalah suatu
bentuk perlakuan (treatment)
terhadap masalah yang sifatnya emosional, di mana seorang yang terlatih secara
sengaja membina hubungan profesional dengan seorang klien, dengan tujuan
menghilangkan, mengubah atau memperlambat simtom, untuk mengantarai pola
perilaku terganggu, dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang
positif.
Sedangkan menurut Gladding (2004, dalam
Lesmana 2005) mengatakan bahwa definisi konseling profesional yang diterima
oleh American Counseling Association (ACA)
adalah aplikasi dari prinsip-prinsip kesehatan mental, psikologi, atau
perkembangan manusia melalui intervensi kognitif, aafektif, behavioral atau
sistemik, strategi yang memperhatikan kesejahteraan (wellness), pertumbuhan pribadi, atau pengembangan karier, tetapi
juga patologi.
Penjelasan Terhadap Mental Illness Yang Terdiri Dari Biological, Psychological, Sociological,
Dan Philosophic
Menurut Chaplin (2011) ada
beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, diantaranya:
a) Biological
Meliputi keadaan mental organik,
penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey,
Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang
berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya
insulin.
b) Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan
efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis
perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang
ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial,
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan
sepanjang hidup individu.
c) Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan
sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam
pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang
memiliki latar belakang kondisi sosio-budaya tertentu.
d) Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga
diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan
keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai
sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan
atau pemaksaan.
Penjelasan Dari Bentuk-Bentuk Terapi
Supportive, Reeducative, Dan Reconstructive
1. Terapi supportive
Suatu bentuk terapi alternatif yang
mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu
masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap
gangguan psikisnya. Terapi suportif menawarkan dukungan kepada pasien oleh
seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau
dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan
dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah
terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi
pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan
kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin
terlalu kuat untuk dihadapi.
Adapun macam-macam teknik terapi
suportif:
- Guidance/Bimbingan, yakni prosedur pemberian pertolongan secara aktif dengan cara memberikan fakta dan interpretasi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial dan bidang-bidang kesehatan.
- Manipulasi lingkungan, yakni usaha untuk menyelesaikan problem-problem emosional klien dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-unsur lingkungan yang tidak menguntungkan.
- Eksternalisasi perhatian, yakni usaha untuk mengalihkan perhatian klien yang mengalami keeeinasan atau depresi dengan jalan memberikan dorongan agar klien dapat memulai lagi aktivitas yang pernah disenanginya ataupun mengembangkan kesenangan baru untuk mengisi waktu senggangnya. Jenis-jenis eksternalisasi perhatian antara lain terapi kerja, terapi musik,terapi gerak dan tari, terapi syair, dan terapi sosial.
- Sugesti-prestis, yakni usaha terapis untuk mensugesti klien, yakni memberikan pengaruh psikis tanpa daya kritik.
- Meyakinkan kembali (reassurance), terapi ini biasanya menyertai pada setiap terapi. Klien yang merasakan ketakutan yang irasional perlu ditenangkan dan dihibur. Terapis perlu mendiskusikan ketakutan-ketakutan tersebut secara terbuka dengan kliennya untuk menjelaskan bahwa ketakutan itu tidak rasional atau tidak berdasar.
- Dorongan dan paksaan, yakni dengan memberikan ren-‘ara’ dan punishment untuk menstimulasi perilaku klien sesuai yang diharapkan. Di antaranya dengan cara klien diberi tugas untuk melawan impuls-impuls yang menimbulkan neurotik, berusaha menghilangkan atau mengurangi intcnsitasnya sampai di bawah titik kritis
- Persuasi, yakni mendasari diri pada anggapan bahwa dalam diri klien mempunyai sesuatu kekuatan untuk proses emosinya yang patologis dengan kekuatan dan kemampuan ataupun dengan menggunakan common sensenya sendiri, sebab pada umumnya orang yang menderita gangguan jiwa dalam keadaan intelek tertutup emosi.
- Pengakuan dan penyaluran, yakni dengan cara mengeluarkan isi hati kepada orang lain. Pendekatan ini untuk mengurangi tekanan yang ada pada klien, sebab dengan adanya pengakuan dan penyaluran maka segala rasa tertekan yang mengganjal dapat dilepaskan (katarsis).
- Terapi kelompok pemberi inspirasi, yakni terapi kelompok yang terdiri dari klien yang memiliki problem sejenis.
2. Terapi Reeducative
Untuk mencapai pengertian tentang
konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha
berencana untuk menyesuaikan diri, memodifikasi tujuan dan membangkitkan serta
mempergunakan potensi-potensi kreatif yang ada.
Cara-cara psikoterapi reduktif antara
lain :
- Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
- Terapi sikap (attitude therapy)
- Terapi wawancara (interview therapy)
- Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolfmeyer)
- Konseling terapetik
- Terapi case work
- Reconditioning
- Terapi kelompok yang reduktif
- Terapi somatic 2
3. Terapi Rekonstruktif
Menyelami alam tak sadar melalui teknik
seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi. Terapi
ini untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam tak
sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luar daripada struktur
kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi
penyesuaian diri yang baru.
Tujuan Terapi Rekonstruktif:
Perombakan radikal daripada corak
kepribadian hingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian diri yang lebih
efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional dengan
dilahirkannya potensi adaptif baru.
Sumber
·
Chaplin,
J. P. (2011). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali pers
·
http://naza-blog.blogspot.com/2013/06/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi-terapi.html (diakses pada 20 maret 2015)
·
Slamet,
S & Sumarmo M. (2003). Pengantar psikologi klinis. Jakarta:
Universitas Indonesia