Rabu, 22 April 2015

Artikel 1: Logotherapi (Frankl)

Diposting oleh Sharia Vebiriana di 08.13 0 komentar


Nama: Sharia Vebiriana
Kelas: 3PA03
NPM: 16512960

Logotherapi (Frankl)

Konsep Dasar Tentang Kepribadian

Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).

Unsur Unsur Terapi

1.    Munculnya Gangguan
Logoterapi inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.

2.    Tujuan Terapi

Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a.    memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b.   menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
c.   memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna

3.    Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis. Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan secara singkat di bawah ini.

1)     Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
Terapis pertama-tama harus menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).

2)    Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya adalh terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta, makna penderitaan, dan sebagainya.

3)     Terapis bukan guru atau pengkhotbah
Terapis adalah seorang spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.

4)    Memberi makna lagi pada hidup
Salah satu tujuan logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.

5)    Memberi makna lagi pada penderitaan
Di sini, terapis harus menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau penderitaan.

6)    Menekankan makna kerja
Tugas terapis adalah memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.

7)    Menekankan makna cinta
Tugas terapis adalah menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain dalam semua keunikan dan keistimewaannya.

Tekhnik Tekhnik Logotherapy

·         Intensi Paradoksikal

Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
·         Derefleksi

Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).

·         Bimbingan Rohani

Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.

Sumber

·         hayatisaputriana.blogspot.com/2013/05/logotherapy.html

Proses Jatuh Cinta

Diposting oleh Sharia Vebiriana di 08.06 0 komentar
Prose Jatuh Cinta

Istilah jatuh cinta sepertinya sudah sangat akrab di telinga kita semua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jatuh cinta diartikan sebagai menaruh perasaan cinta pada seseorang. Setiap orang bisa mendefinisikan istilah tersebut menurut versinya masing-masing.

Menurut beberapa ilmuwan, jatuh cinta disebabkan oleh salah satu substansi kimia yang dihasilkan oleh tubuh. Substansi kimia tersebut biasa dikenal dengan istilah feromon (Pheromone). Pada awalnya feromon ini ditemukan pada serangga yang berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Kenyataannya, feromon juga dihasilkan oleh kelenjar endoktrin pada tubuh manusia, seperti ketiak, mulut, hidung, telinga, dan kulit.

Feromon bersifat volatil (mudah menguap), tidak dapat diukur, tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Di samping itu, di dalam tubuh manusia feromon merupakan sinyal kimia yang berada di udara dan tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan melainkan bisa dirasakan oleh vomeronasalorgan (VNO), organ yang terletak di dalam hidung dan sangat peka dibandingkan dengan indra penciuman. Biasanya senyawa ini dihasilkan ketika kita sedang berkeringat.

Pada tubuh manusia feromon bekerja layaknya inisiator/pemicu dalam reaksi kimia, dengan menimbulkan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Proses awal biasanya terjadi ketika dua orang yang berlainan jenis berdekatan dan melakukan kontak mata, maka feromon yang bersifat volatil dan tidak dapat dilihat tercium oleh VNO yang terhubung melalui jaringan-jaringan saraf dengan bagian otak (hipotalamus) yang berfungsi mengatur emosi manusia. Setelah menerima rangsangan feromon melalui VNO tersebut, maka otak secara alamiah akan memberikan respon balik sehingga mempengaruhi kondisi psikologis tubuh manusia. Seperti perubahan detak jantung, napas tidak beraturan, suhu tubuh meningkat, berkeringat, atau hasrat seksual yang meningkat. Konon katanya kemampuan tubuh untuk menghasilkan feromon akan berkurang setelah 2-4 tahun, tetapi bukan berarti cinta hanya bersifat sementara.

Menurut beberapa peneliti di london, produksi feromon oleh tubuh manusia akan sedikit demi sedikit berkurang ketika wanita mengosumsi pil KB, Sementara Prof. Chaterinne Dulac dari Harvard mengatakan bahwa karena mutasi gen, kemampuan VNO yang bertugas menerima rangsangan dari feromon tidak berkembang sehingga tidak dapat menyampaikan rangsangan tersebut kepada hipotalamus.

Saat kita jatuh cinta ada bebrapa hormon yang dilepaskan sehingga tubuh bereaksi, merasakan berbagai perasaan dan emosi. Salah satu hormon yang dilepaskan adalah dopamin yang memiliki efek seperti kokaine membuat kita ketagihan. Dopamin bekerja terutama ketika bertemu dengan seseorang yang kita sukai. Hormon ini bersifat addictive sehingga membuat kita ketagihan untuk terus ingin bertemu sang pujaan hati.

Konon katanya ketika jatuh cinta, wajah sang pujaan hati selalu terbayang-bayang dalam pelupuk mata, keinginan yang kuat untuk selalu bertemu dan berdua dengannya, makan terasa tidak enak, tidur pun terasa tidak nyenyak, dan perasaan lainnya. Ternyata itu bukan hanya kata-kata alay yang diungkapkan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Penyebab dari semuanya itu adalah hormon fenylethilamin, selain itu ada juga hormon adrenalin yang sebagian fungsinya sama dengan hormon fenylethilamin untuk  mempercepat detak jantung. Efek yang ditimbulkan ketika hormon adrenalin bekerja salah satunya adalah menghilangkan nafsu makan karena organ percenaan bekerja lebih lambat.

Beberapa efek lain yang timbul ketika seseorang jatuh cinta adalah selalu merasa bahagia sehingga tanpa disadari kadang senyum-senyum sendiri. Hal itu disebabkan oleh hormon endropin yang bekerja selayaknya morphine. Oleh sebab itu, hormon ini disebut morphinenya tubuh. Dr. Thomas Lewis, dalam bukunya yang bertajuk A General Theory of Love mengatakan, “jatuh cinta memang bukan merupakan fungsi otak, jatuh cinta itu lebih merupakan fungsi saraf”. Jadi tidak heran kenapa orang yang jatuh cinta kerap melakukan hal-hal bodoh, karena mereka mungkin “bekerja” tanpa menggunakan otak.

Nama: Sharia Vebiriana
NPM: 16512960

Artikel 5: Konsep Dasar Teori Dari Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku Atau Kepribadian, Unsur Unsur terapi, & Tekhnik Tekhnik Terapi Humansitik

Diposting oleh Sharia Vebiriana di 07.53 0 komentar


Nama: Sharia Vebiriana
Kelas: 3PA03
NPM: 16512960

Konsep Dasar Teori Dari Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku Atau Kepribadian

Pendekatan eksistensial berkembang sebagai reaksi atas dua model utama yang lain, yaitu psikoanalisis dan behaviorisme. Kedudukan psikoanalisis bahwa kemerdekaan terbatas pada kekuatan-kekuatan dorongan irasional dan peristiwa yang telah lalu. Kedudukan behaviorisme bahwa kemerdekaan terbatas oleh pengkondisian sosial budaya. Meskipun terapi eksistensial menerima premis bahwa pilihan kita terbatas pada keadaan eksternal, terapi menolak pendapat yang mengatakan bahwa kita ditentukan olehnya.
Terapi eksistensial berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan oleh karenanya bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Pandangan eksistensial didasarkan pada model pertumbuhan dan mengkonsepkan kesehatan bukan keadaan sakit. Seperti yang ditulis Deurzen-Smith (1988), konseling eksistensial tidak dirancang untuk menyembuhkan seperti tradisi model medis. Klien tidak dipandang sebagai orang yang sedang sakit melainkan sebagai orang yang merasa bosan atau kikuk dalam menjalani kehidupan
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih suatu system teknik – teknik  yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia. ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial yaitu:
1.    Kesadaran diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia. Kesadaran diri itu membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Manusia bisa tampil di luar diri dan berefleksi atas keberadaannya. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi atau sebagaimana dinyatakan oleh Kierkegaard, "Semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri seseorang." Tanggung jawab berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan kesadaran, seseorang bisa menjadi sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. Sebagaimana dinyatakan oleh May (1953), "Manusia adalah makhluk yang bisa menyadari dan, oleh karenanya, bertanggung jawab atas keberadaannya”.
Kesadaran bisa dikonseptualkan dengan cara sebagai berikut: Umpamakan Anda berjalan di lorong yang di kedua sisinya terdapat banyak pintu, Bayangkan bahwa Anda bisa membuka beberapa pintu, baik membuka sedikit ataupun membuka lebar-lebar. Barangkali, jika Anda membuka satu pintu, Anda tidak akan menyukai apa yang Anda temukan di dalamnya menakutkan atau menjijikkan. Di lain pihak, Anda bisa menemukan sebuah ruangan yang dipenuhi oleh keindahan. Anda mungkin berdebat dengan diri sendiri, apakah akan membiarkan pintu itu tertutup atau terbuka. Apabila seorang konselor dihadapkan pada konseli yang kesadaran dirinya kurang maka konselor harus menunjukkan kepada konseli bahwa harus ada pengorbanan untuk meningkatkan kesadaran diri. Dengan menjadi lebih sadar, konseli akan lebih sulit untuk “ kembali ke rumah lagi“, menjadi orang yang seperti dulu lagi.
Dalam pengertian yang sesungguhnya, peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi dan atas tujuan-tujuan pribadi adalah tujuan segenap konseling
2.    Kebebasan dan tanggung jawab.

Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih di antara altematif-altematif. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan, dan putusan pada pusat keberadaan manusia. Jika kesadaran dan kebebasan dihapus dari manusia, maka dia tidak lagi hadir sebagai manusia, sebab kesanggupan-kesanggupan itulah yang memberinya kemanusiaan. Pandangan eksistensial adalah bahwa individu, dengan putusan-putusannya, membentuk nasib dan mengukir keberadaannya sendiri. Seseorang menjadi apa yang diputuskannya, dan dia harus bertanggung jawab atas jalan hidup yang ditempuhnya. Tillich mengingatkan, "Manusia benar-benar menjadi manusia hanya saat mengambil putusan. Sartre mengatakan, "Kita adalah pilihan kita." Nietzsche menjabarkan kebebasan sebagai "kesanggupan untuk menjadi apa yang memang kita alami". Ungkapan Kierkegaard, "memilih diri sendiri", menyiratkan bahwa seseorang bertanggung jawab atas kehidupan dan keberadaannya. Sedangkan Jaspers menyebutkan bahwa "kita adalah makhluk yang memutuskan".
Tugas konselor adalah mendorong konseli untuk belajar menanggung risiko terhadap akibat penggunaan kebebasannya. Yang jangan dilakukan adalah melumpuhkan konseli dan membuatnya bergantung secara neurotik pada konselor. Konselor perlu mengajari konseli bahwa dia bisa mulai membuat pilihan meskipun konseli boleh jadi telah menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk melarikan diri dari kebebasan memilih
3.    Kecemasan

Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasi yang kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih. Kebanyakan orang mencari bantuan profesional karena mereka mengalami kecemasan atau depresi. Banyak konseli yang memasuki kantor konselor disertai harapan bahwa konselor akan mencabut penderitaan mereka atau setidaknya akan memberikan formula tertentu untuk mengurangi kecemasan mereka. Konselor yang berorientasi eksistensial, bagaimanapun, bekerja tidak semata-mata untuk menghilangkan gejala-gejala atau mengurangi kecemasan. Sebenarnya, konselor eksistensial tidak memandang kecemasan sebagai hal yang tak diharapkan. Ia akan bekerja dengan cara tertentu sehingga untuk sementara konseli bisa mengalami peningkatan taraf kecemasan. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan adalah: Bagaimana konseli mengatasi kecemasan? Apakah kecemasan merupakan fungsi dari pertumbuhan ataukah fungsi kebergantungan pada tingkah laku neurotik? Apakah konseli menunjukkan keberanian untuk membiarkan dirinya menghadapi kecemasan atas hal-hal yang tidak dikenalnya? Kecemasan adalah bahan bagi konseling yang produktif, baik konseling individual maupun konseling kelompok. Jika konseli tidak mengalami kecemasan, maka motivasinya untuk berubah akan rendah.Kecemasan dapat ditransformasikan ke dalam energi yang dibutuhkan untuk bertahan menghadapi risiko bereksperimen dengan tingkah laku baru. Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan. Kebanyakan orang mencari bantuan profesional karena mereka mengalami kecemasan atau depresi banyak klien yang memasuki kantor konselor disertai harapan bahwa konselor akan mencabut penderitaan mereka atau setidaknya akan memberikan formula tertentu untuk mengurangi kecemasan mereka. Konselor yang berorientasi eksistensial tidak semata-mata untuk menghilangi gejala-gejala atau kecemasan. Konselor eksistensial tidak memandang kecemasan sebagai hal yang tidak diharapkan. Kecemasan adalah bahan bagi konseling yang produktif baik konseling individual maupun konseling kelompok. Kecemasan dapat ditransformasikan kedalam energi yang dibutuhkan untuk bertahan menghadapi resiko bereksperimen dengan tingkah laku baru.
4.    Penciptaan Makna

Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
Tema-tema dan dalil-dalil utama eksistensial: penerapan-penerapan pada praktek terapi

Dalil 1 : Kesadaran diri       

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia. Kesadaran diri membedakan manusia dengan makhluk-makluk lain. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, factor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan – tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling.
Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung jawab
Kebebasan adalah kesanggupan untuk meletakkan perkembangan di tangan sendiri dan untuk memilih di antara alternatif – alternatif. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan dan putusan pada pusat keberadaan manusia. Tugas terapis adalah membantu kliennya dalam menemukan cara-cara klien sama sekali menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien itu untuk belajar menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.

Dalil 3 : Keterpusatan dari kebutuhan akan orang lain

Kita masing-masing memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri, yakni menemukan identitas pribadi kita. Kita membutuhkan hubungan dengan keberadaan-keberadaan yang lain. Kita harus memberikan diri kita kepada orang lain dan terlibat dengan mereka.
Keberanian untuk ada. Usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hidup dari dalam memerlukan keberanian. Kita berjuang untuk menemukan, untuk menciptakan, dan untuk memelihara inti dari ada kita.
Pengalaman kesendirian. Bahwa kita memikul tanggung jawab atas pilihan-pilihan kita berikut hasil-hasilnya, bahwa komunikasi total dari individu yang satu dengan individu yang lainnya tidak pernah bisa dicapai, bahwa kita adalah individu-individu yang terpisah dari orang lain, dan bahwa kita adalah unik.
Pengalaman keberhubungan. Bahwa kita bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk kemanusiaan kita, dan kita memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam dunia orang lain, yang mana kehadiran orang lain penting dalam dunia kita, dan kita memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia kita, maka kita mengalami keberhubungan yang bermakna.

Dalil 4 : Pencarian makna

Terapi eksistensial bisa menyediakan kerangka konseptual untuk membantu klien dalam usahanya mencari makna hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri.
Masalah penyisihan nilai-nilai lama. Nilai – nilai tradisional (dan nilai – nilai yang dialihkan kepada seseorang) tanpa disertai penemuan nilai – nilai lain yang sesuai untuk menggantikannya.
Belajar untuk menemukan maknadalam hidup. Hidup tidak memiliki makna dengan sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu. Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan membantu klien dalam membuat makna dari dunia yang kacau.
Pandangan eksistensial tentang psikopatologi. Adanya konsep psikopatologi yang menyatakan  tentang dosa eksistensial yang timbul dari perasaan tidak lengkap atau dari kesadaran seseorang bahwa tindakan-tindakan dan pilihan-pilihannya tidak bisa menyatakan potensi-potensinya secara penuh sebagai  pribadi.

Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup

Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan.
Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan. Kita mengalami kecemasan dengan meningkatnyakesadaran kita atas kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi dari penerimaan ataupun penolakan kebebasan kita itu.
Pelarian dari kecemasan. Suatu fungsi dari penerimaan kita atas kesendirian dan, meskipun kita bisa menemukan hubungan yang bermakna dengan orang lain, kita pada dasarnya tetap sendirian.
Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan. Membantu klien untuk menyadari bahwa belajar menoleransi keberdwiartian dan ketidaktentuan serta belajar bagaimana hidup tanpa sandaran dapat merupakan fase yang penting dalam perjalanan dari hidup yang bergantung kepada menjadi pribadiyang lebih otonom.

Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan non ada

Para eksistensialis tidak memandang kematian secara negative, dan mengungkapkan bahwa hidup memiliki makna karena memiliki keterbatasan waktu. Karena kita bersifat lahiriah, bagaimanapun, kematian menjadi pendesak bagi kita agar menganggap hidup dengan serius. Ketakuatan terhadap kamatian membayangi mereka yang takut mengulurkan tangan dan benar – benar merangkul kehidupan.

Dalil 7 : Perjuangan untuk aktualisasi diri

Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka memiliki kecenderungan kearah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi – potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia akan mengalami kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat.

Unsur Unsur terapi
1.    munculnya gangguan

Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.

2.    Tujuan Terapi
·          Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
·         Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien     menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
·         Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.

3.    Peran Terapis

Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
·         Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
·         Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
·         Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
·         Berorientasi pada pertumbuhan
·         Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
·         Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
·         Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·         Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·         Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

Tekhnik Tekhnik Terapi Humansitik
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien. Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1.    Penerimaan
2.    Rasa hormat
4.    Memahami
5.    Menentramkan
6.    Memberi dorongan
7.    6.Pertanyaan terbatas
8.    Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
9.    Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
10. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

Sumber
·         hayatisaputriana.blogspot.com/2013/05/logotherapy.html