Nama: Sharia Vebiriana
Kelas: 3PA03
NPM: 16512960
Unsur
Terapi Person Centered Therapy (Rogers)
1. Terapi berpusat pada person difokuskan
pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan lebih
sempurna.
2. Menekankan medan fenomenal klien. Medan
fenomenal (fenomenal field) merupakan keseluruhan pengalaman seseorang
yang diterimanya, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Klien tidak
lagi menolak atau mendistorsi pengalaman-pengalaman sebagaimana adanya.
3. Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkan
bahwa hasrat kematangan psikologis manusia itu berakar pada manusia sendiri.
Maka psikoterapi itu bersifat konstrukstif dimana dampak psikoterapeutik
terjadi karena hubungan terapis dan klien.
4. Terapi ini tidak dilakukan dengan suatu
sekumpulan teknik yang khusus. Tetapi pendekatan ini berfokus pada person
sehingga terapis dan klien memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi
dalam pengalaman pertumbuhan.
Teknik-Teknik
Person Centered Therapy
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik yang spesifik,
sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan klienlah yang berperan
penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan yang membantu, dimana
klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang
sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis memandang klien sebagai narator
aktif yang membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang
positif. Dalam terapi ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup
mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman,
menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun tidak memasukkan pengetesan
diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya atau menggali informasi.
Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi
jauh lebih penting daripada teknis. Terapis harus membawa ke dalam hubungan
tersebut sifat-sifat khas yang berikut:
·
Menerima. Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau
mengadilinya entah secara positif atau negatif. Pasien dihargai dan diterima
tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada
kemampuan pasien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang
positif.
·
Keselarasan (congruence). Terapis dikatakan selaras dalam
pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa
yang dikatakannya.
·
Pemahaman. Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat.
Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.
·
Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini. Terapis mampu mengkomunikasikan
penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga
membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.
·
Hubungan yang membawa akibat. Suatu hubungan yang bersifat mendukung
(supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan
muncul dari teknik-teknik diatas.
Konsep
Terapi
Terapi person centered merupakan model terapi
berpusat pribadi yang dipelopori dan dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl
R. Rogers. Ia memiliki pandangan dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada
dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang optimis, penuh harapan,
aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh
belenggu masa lalu), dan berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu
berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Filosofi tentang manusia ini
berimplikasi dan menjadi dasar pemikiran dalam praktek terapi person
centered. Menurut Roger konsep inti terapi person centered adalah
konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Berdasarkan sejarahnya, terapi yang dikembangkan Rogers ini
mengalami beberapa perkembangan. Pada mulanya dia mengembangkan pendekatan
konseling yang disebut non-directive counseling (1940). Pendekatan ini
sebagai reaksi terhadap teori-teori konseling yang berkembang saat itu yang
terlalu berorientasi pada konselor atau directive counseling dan
terlalu tradisional. Pada 1951 Rogers mengubah namanya menjadi client-centered
therapy sehubungan dengan perubahan pandangan tentang konseling yang
menekankan pada upaya reflektif terhadap perasaan klien. Kemudian pada 1957
Rogers mengubah sekali lagi pendekatannya menjadi konseling yang berpusat pada
person (person centred therapy), yang memandang klien sebagai partner
dan perlu adanya keserasian pengalaman baik pada klien maupun terapis. Terapi
ini memperoleh sambutan positif dari kalangan ilmuwan maupun praktisi, sehingga
dapat berkembang secara pesat. Hingga saat ini, terapi ini masih relevan untuk
dipelajari dan diterapkan.
Pendekatan terapi person centered menekankan pada
kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan
masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan
klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan
mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi orang yang
berfungsi sepenuhnya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut
konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,
dan hakekat kecemasan.
Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis
yang ada ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah
emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak
berfungsi sepenuhnya. Contohnya orang-orang yang merasakan penolakan dan
pengucilan dari yang lain, pengasingan yakni orang yang tidak memperoleh
penghargaan secara positif dari orang lain, ketidakselarasan antara pengalaman
dan self (tidak kongruensi), mengalami kecemasan yang ditunjukkan
oleh ketidakkonsistenan mengenai konsep dirinya, defensive, dan berperilaku
yang salah penyesuaiannya.
Sumber
·
Abidin,
Zanial, 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung:
PT Refika Aditama.
·
Corey,
Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
PT Refika Aditama.
·
Gunarsa,
Singgih D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
·
Palmer,
Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
0 komentar:
Posting Komentar