Nama: Sharia Vebiriana
Kelas: 3PA03
NPM: 16512960
Terapi
Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi
Secara
historis → aliran pertama dari 3
aliran utama psikologi
Sumbangan
utama psikoanalisis :
1. Kehidupan
mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia
bias diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2.
Tingkah
laku diketahui sering ditentukan oleh factor tak sadar
3. Perkembangan
pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat thd kepribadian dimasa
dewasa
4. Teori
psikpanalisis menyediakan kerangka kerja yg berharga untuk memahami cara-cara
yg di use oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5. Terapi
psikoanalisis telah memberikan cara2
mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi2
Konsep2
utama terapi psikoanalisis
1.
Struktur
kepribadian
·
Id
·
Ego
·
Super
ego
2.
Pandangan
ttg sifat manusia
·
Pandangan Freud ttg sifat manusia pd dasarnya pesimistik,
deterministic, mekanistik dan reduksionistik
3.
Kesadaran
& ketidaksadaran
·
konsep
ketaksadaran
1) Mimpi2 →
merupakan representative simbolik dari kebutuhan2, hasrat2 konflik
2) Salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal
3) Sugesti pascahipnotik
4) Bahan2 yg berasal dari teknik2 asosiasi bebas
5) Bahan2 yg berasal
dari teknik proyektif
4.
Kecemasan
·
Adalah
suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi →
memperingatkan adanya ancaman bahaya
·
3 macam
kecemasan
1) Kecemasan realistis
2) Kecemasan neurotic
3) Kecemasan moral
a)
Tujuan
terapi Psikoanalisis
1. Membentuk kembali struktur karakter individu
dg jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien
2. Focus pd uapaya mengalami kembali pengalaman
masa anak2
b)
Fungsi
& peran Terapis
1. Terapis / analis membiarkan dirinya anonym
serta hny berbagi sedikit perasaan & pengalaman shg klien memproyeksikan
dirinya kepada teapis / analis
2.
Peran
terapis
a. Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hub personal dlm menangani kecemasan
secara realistis
b. Membangun hub kerja dg klien, dg byk
mendengar & menafsirkan
c.
Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan2 klien
d.
Mendengarkan kesenjangan2 & pertentangan2 pd cerita
klien
c)
Pengalaman
klien dlm terapi
1. Bersedia melibatkan diri kedalam proses
terapi yg intensif & berjangka panjang
2. Mengembangkan hub dg analis / terapis
3. Mengalami krisis treatment
4. Memperoleh pemahamn atas masa lampau klien yg
tak disadari
5. Mengembangkan resistensi2 untuk belajar lbh
byk ttg diri sendiri
6. Mengembangkan suatu hub transferensi yg
tersingkap
7. Memperdalam terapi
8. Menangani resistensi2 & masalah yg
terungkap
9. Mengakhiri terapi
d)
Hub
terapis & klien
1. Hub dikonseptualkan dalam proses tranferensi
yg menjadi inti Terapi Psikoanalisis
2. Transferensi mendorong klien untuk
mengalamatkan pd terapis “ urusan yg belum selesai” yg terdapat dalam hub klien
dimasa lalu dg org yg berpengaruh
3. Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik2
seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci
4. Transferensi terjadi pada saat klien
membangkitkan kembali konflik masa dininya yg menyangkut cinta, seksualitas,
kebencian, kecemasan & dendamnya
5.
Jika analis mengembangkan pandangan yg tidak selaras yg
berasal dari konflik2 sendiri, mk akan terjadi kontra transferensi
a. Bentuk kontratransferensi
→ perasaan tdk suka /
keterikatan & keterlibatan yg berlebihan
b. Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan
terapi
e)
Teknik
dasar Terapi Psikoanalisis
a. Asosiasi bebas
b. → adalah suatu metode pemanggilan kembali
pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik
di masa lalu
c. Penafsiran
d. → Adalah suatu prosedur dalam menganalisa
asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi
f)
bentuk nya = tindakan analis yg menyatakan, menerangkan,
bahkan mengajari klien makna2 t.l
a.
Analisis
Mimpi
b.
→ Suatu
prosedur yg penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan
kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan
c.
Analisis
dan Penafsiran Resistensi
d.
→ Ditujukan
untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi shg dia
bias menanganinya
e.
Analisis
& Penafsiran Transferensi
f.
→ Adalah
teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali
masa lalu nya dalam terapi
Psikoanalisa
secara umum berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran
memegang peranan sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai
ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena
ada dorongan-dorongan yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang
disadari maupun yang tidak disadari. Tokoh utama dari psikoanalisa adalah
Sigmund Freud. Teori dan teknik Freud yang membuatnya termasyhur adalah upaya
penyembuhan mental pasiennya yang dikenal dengan istilah Psychoanalysis dan pandangan
mengenai peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia.
Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik
pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan
yang ada kaitannya dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa
kanak-kanak yang ditekan.
Terapi
psikoanalisa adalah teknik pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara
menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta
memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Teknik ini
menekankan menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap
kata-kata yang diungkapkan oleh klien. Didalam terapi psikoanalisa ini sangat
dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan
interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien,
terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan,
ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk
menemui terapis.
Terapi
psikoanalisa biasa digunakan atau diterapkan untuk orang-orang dengan masalah
yang berkaitan dengan konsep utama dari psikoanalisa seperti adanya alam bawah
sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa
sendiri (Id, Ego, Super Ego), hal kejiwaan yang merupakan bagian
kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsiousness), serta mengedepankan
pengaruh pengalaman-pengalaman dimasa lalu. Contoh beberapa masalah yang
dihadapi antara lain: masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain,
masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan
masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya
sehari-hari.
Dalam
melakukan terapi psikoanalisa ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
yaitu sebagai berikut;
1.
Asosiasi
Bebas
Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam
psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free association sebagai
“penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi yang dirancang untuk
memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa
yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal
konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong,
apalagi disensor. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal
dengan katarsis. Asosiasi
merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan,
khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. Dalam
tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan data-data dari klien
mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya, dengan tehnik ini
klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada yang disembunyikan
sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang sebenarnya terjadi
pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi klien berbaring diatas
dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga
tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat
asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas
untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres,
memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight
(dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
2.
Interpretasi
atau Penafsiran
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi
bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi.
Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan,
dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam
mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi
interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat
proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi atau
proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut.
Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan
tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien. Analis harus
benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan berbagai dorongan untuk
mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap
penafsiran terhadap berbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut
sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Penafsiran oleh analis
harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu
yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
3.
Analisis
Mimpi
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi
melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi
merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran
lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang
terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas
motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena
begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku
agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat
diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Bagian
teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya
kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau semacam
ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik analisis
mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal
yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada
masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan
melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain.
Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”,
karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan
tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini biasanya para psikoterapis
memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf
mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan
mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses
terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara
bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna
yang terselubung.
4.
Analisis
dan interpretasi resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan
kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari.
Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai
dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi
sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan
penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan
yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis
meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah
material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara
mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.
5.
Analisis
dan interpretasi transferensi
Transferensi adalah pengalihan sikap,
perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam
proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang
tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan
mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau
ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi
yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada
terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang
diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat
dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat
berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini
mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari
tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar
klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan
yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya
kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis
menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak
memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi
(pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua,
yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan
perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan
cinta kepada terapis. Negatif: saat kebencian, ketidaksabaran, dan
kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat
berefek fatal terhadap proses terapi.
Terapi
psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti
akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku
abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka
lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa
bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber
permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi
sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien
menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta
meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan
mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.
Terapi
psikoanalisa ini lebih efektif digunakan untuk mengetahui masalah pada diri
klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa
lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. Terapi
ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak
disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki kekurangan seperti diperlukan
waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi, memakan biaya yang banyak, dan
memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.
Sumber
·
Gerald,
Corey. (2005). Theory and Practice of
Counseling and Psychoterapy. Thompson learning: USA.
·
Palmer,
Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi
diterjemahkan dari Introduction to
Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
·
D.Gunarsa,
Prof.DR.Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Gunung
Mulia: Jakarta.
·
Hartosujono.
Diktat Psikologi. Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyaka
·http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Findryawati.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F21332%2FTERAPI%2BPSIKOANALISIS.doc&ei=J1wZVdSiKcm1uASGr4DQDg&usg=AFQjCNFJYpptYROuX2NWH2pMhKln9FU0Ww&bvm=bv.89381419,d.c2E
0 komentar:
Posting Komentar