MINGGU KE 4
BAB 3
KEHIDUPAN DI BUMI
3.1. Asal Mula Kehidupan Di Bumi
A. Macam-Macam Teori Tentang Asal-Usul Adanya Kehidupan
Di Bumi Beserta Pencetus Teori Tersebut
Teori tentang asal-usul kehidupan
yang pernah disusun oleh para ahli di antaranya:
1. Kehidupan diciptakan oleh zat
supranatural (ghalib) pada saat istimewa (teori kreasi khas)
2. Kehidupan muncul dari benda tak
hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio spontanea)
3. Kehidupan tidak berasal-usul
(keadaan mantap)
4. Kehidupan datang di planet ini
dari mana saja (teori kosmozoan)
5. Kehidupan muncul berdasar hukum
fisika-kimia (evolusi biokimia)
a.
Teori
Generatio Spontanea
Disebut juga teori Abiogenesis
pelopornya seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno Aristoteles (384-322 SM)
yang berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja pendapat ini masih
terus bertahan sampai abad kc 17 -18 Anthony van Leenwenhoek (abad ke 18)
berhasil membuat mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman
jerami penemuan Leeuwenhoek (salah seorang penganut teori abiogenesis)
memperkuat teori generatio spontanea teori terbukti makhluk hidup berasal dari
benda mati (jasad renik berasal dari air bekas rendaman jerarni).
b. Evolusi Kimia
Menerangkan bahwa terbentuknya
senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari bereaksinya bahan-bahan
anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi halilintar
membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.
c.
Evolusi
Biologi
Alexander Oparin mengemukakan di
dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi yang menghasilkan
senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar ultra violet. Senyawa
organik tersebut merupakan “soppurba” tempat kehidupan dapat muncul. Senyawa
organik akhirnya akan membentuk timbunan gumpalan (koaservat). Timbunan
gumpalan (koaservat) yang kaya akan bahan-bahan organik membentuk timbunan
jajaran molekul lipid sepanjang perbatasan koaservat dengan media luar yang
dianggap sebagai selaput sel primitif yang memberi stabilitas pada koaservat.
B. Membedakan Dengan Jelas Teori Abiogenesis Dengan
Biogenesis
1. Teori
Abiogenesis
Teori
yang dikemukakan Aristoteles ini menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari
benda tak hidup yang berlangsung secara spontan (generatio
spontanea). Misalnya
cacing dari tanah, ikan dari lumpur, dan sebagainya. Teori ini dianut oleh
banyak orang selama beberapa abad.
Menurut penganut paham abiogenesis,
makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja secara spontan. Itu sebabnya, teori
abiogenesis ini disebut juga generation spontanea.
Bila pengertian abiogenesis dan generation spontanea digabung, maka konsepnya
menjadi: makhluk hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati / tak
hidup yang terjadinya secara spontan.
2. Teori
Biogenesis
a. Francesco Redi
Redi merupakan orang pertama yang
melakukan eksperimen untuk membantah teori abiogenesis. Dia melakukan percobaan
dengan menggunakan bahan daging segar yang ditempatkan dalam labu dan diberi
perlakuan tertentu.
·
Labu
I : diisi daging segar dan dibiarkan terbuka
·
Labu
II : diisi daging segar dan ditutup dengan kain kasa
·
Labu
III : diisi daging segar dan ditutup rapat
Ketiga labu diletakkan di tempat
yang sama selama beberapa hari. Hasilnya adalah sebagai berikut:
·
Labu
I : dagingnya busuk, banyak terdapat belatung
·
Labu
II : dagingnya busuk, terdapat sedikit belatung
·
Labu
III : dagingnya tidak busuk, tidak terdapat belatung
Menurut Redi belatung yang
terdapat pada daging berasal dari telur lalat. Labu ke III tidak terdapat
belatung karena tertutup rapat sehingga lalat tidak bisa masuk. Sayangnya,
meskipun tertutup rapat ternyata pada labu tersebut bisa muncul belatung. Ini
disebabkan karena Redi tidak melakukan sterilisasi daging pada disain
percobaannya.
b. Lazzaro
Spallanzani
Spallanzani juga
melakukan percobaan untuk membantah teori abiogenesis, tetapi menggunakan bahan
kaldu. Disainnya sebagai berikut:
·
Labu
I : diisi kaldu lalu dipanaskan dan dibiarkan terbuka
· Labu
II : diisi kaldu, lalu ditutup dengan gabus yang disegel dengan lilin,
kemudian dipanaskan
Setelah dingin kedua labu
diletakkan di tempat yang sama. Beberapa hari kemudian hasilnya sebagai
berikut.
· Labu
I : berubah busuk dan keruh, banyak mengandung mikroba (bakteri)
·
Labu
II : tetap jernih, tidak mengandung mikroba
Menurut Spallanzani mikroba yang
tumbuh dan menyebabkan busuknya kaldu berasal dari mikroba yang beraada di
udara. Pendukung paham abiogenesis keberatan dengan disain Spallanzani karena
menurut anggapan mereka, labu yang tertutup menyebabkan gaya hidup (elan vital) dari udara tidak dapat
masuk, sehingga tidak memungkinkan munculnya makhluk hidup (mikroba).
c. Louise
Pasteur
Pasteur
menyempurnakan percobaan Redi dan Spallanzani. Ia menggunakan kaldu dalam labu
yang disumbat dengan gabus. Selanjutnya gabus tersebut ditembus dengan
pipa berbentuk leher angsa (huruf S), kemudian dipanaskan. Setelah dingin
dibiarkan beberapa hari kemudian diamati. Ternyata air kaldu tetap jernih dan
tidak ditemukan mikroba.
Disain
pipa yang berbentuk leher angsa tersebut memungkinkan masuknya gaya hidup dari
udara, tetapi ternyata tidak didapati makhluk hidup dalam kaldu. Menurut
Pasteur, mikroorganisme yang tumbuh dalam kaldu berasal dari udara. Mereka
tidak bisa masuk karena terhambat oleh bentuk pipa. Hal ini bisa dibuktikan
bila labu dimiringkan sedemikian rupa sehingga kaldu mengalir melalui pipa dan
menyentuh ujung pipa, ternyata beberapa hari kemudian menyebabkan busuknya
kaldu.
Dengan
demikian Pasteur telah membuktikan bahwa teori biogenesislah yang benar.
Muncullah ungkapan : omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo
yang artinya: makhluk hidup berasal dari telur, telur berasal dari makhluk
hidup, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
C. Menjelaskan Kembali Berbagai Macam Percobaan Yang
Dilakukan Para Ilmuwan Pencetus Teori Asal Mula Kehidupan Dibumi
a. Teori Abiogenesis (Generatio
Spontanea)
Tokoh teori Abiogenesis adalah
Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filsafat dan tokoh ilmu
pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup
berasal dari benda mati dan terjadi secara spontan (generatio spontanea).
Beberapa ahli penganut teori abiogenesis adalah John Needham, Antonie Van
Leeuwenhoek, dan Van Helmot. Kemudian pada abad ke-17 Antonie Van Leeuwenhoek
berhasil menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati
benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman
jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis hasil pengamatan Antonie Van
b. Teori Biogenesis
Teori ini
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga. Tokoh-tokoh
pendukung teori Abiogenesis antara lain Francesco Redi (Italia) Lazzaro
Spallanzani ( Italia) dan Louis Pasteur (Prancis).
1. Percobaan Francesco Redi (1626-1698) menggunakan bahan tiga kerat
daging dan tiga toples. Stoples I diisi dengan sekerat daging, ditutup
rapat-rapat. Stoples II diisi dengan sekerat daging, ditutup dengan kain kasa.
Stoples III disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka. Selanjutnya
ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa
hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Stoples I pada
daging ini tidak ditemukan belatung . Stoples II pada daging terdapat sedikit
belatung. Stoples III pada daging terdapat banyak belatung. Berdasarkan hasil
percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa belatung yang terdapat
pada daging di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk,
tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ketika lalat
tersebut hinggap disitu.
2. Percobaan Lazzaro Spallanzani (1729-1799) menggunakan air kaldu atau air
rebusan daging dan dua buah labu. Percobaan Spallanzani sebagai berikut :
Labu I
dan labu II diisi air kaldu,
kemudian dipanaskan sampai mendidih. Labu I dibiarkan tetap terbuka. Labu II ditutup rapat-rapat dengan
sumbat gabus. Kedua labu tersebut dibiarkan selama ± 1 minggu. Hasil percobaannya adalah sebagai berikut.
Labu I air kaldunya menjadi
keruh dan berbau busuk. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I banyak
mengandung mikroba. Sedangkan labu II
air kaldunya tetap jernih. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih
lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi
lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk). Berdasarkan hasil percobaan
tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu
tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari
kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi
mikroba dari udara ke dalam air kaldu tersebut.
3. Percobaan Louis Pasteur (1822-1895) menggunakan bahan air kaldu
dengan alat labu dengan pipa leher anggsa (berbentuk S). Langkah-langkah
percobaan Pasteur sebagai berikut :
·
Langkah I labu disi air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat
dengan gabus. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk
leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
·
Langkah II labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman.
Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut
tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme, namun di bagian leher labu
banyak terdapat debu dan partikel-partikel.
Langkah III labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan
sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan
udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang aman selama
beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu
didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme. Melaui
pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat
dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah
terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat
percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup
lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan
terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam
labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi. Pada
saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan
dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat
pemanasan air kaldu. Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai
kepermukaan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini
terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula
(tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu
dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya
pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak
benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang menyatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan. Berdasarkan
hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis, dan munculah paham teori baru tentang awal mula makhluk hidup yang
dikenal dengan teori Biogenesis.
c. Teori Kreasi Khas (Special
Creation)
Teori ini
menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat
istimewa. Segala spesies makhluk hidup saat ini sudah ada sejak dahulu dan
masing-masing spesies diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana aadanya saat ini.
Penganut teori adalah Carolus Linnaeus.
d. Teori Kosmozoon
Teori ini
menyatakan bahwa kehidupan di dunia berasal dari angkasa atau datang dari
meteor yang jatuh dari angkasa luar (kosmos) ke bumi. Hal itu diperkuat dengan
hasil analisis peninggalan peradapan Inca. Pelopor teori ini adalah Arrhenius
(1991).
e. Teori Kataklisma
Teori ini
menyatakan bahwa segala spesies
diciptakan sendiri-sendiri dan berlangsung dalam periode-periode, dimana
antara periode satu dengan yang lain terjadi bencana. Bencana itu menghancurkan
spesies-spesies sebelumnya dan memunculkan pesies baru. Pelopor teori ini
adalah Cuvier.
f. Teori Evolusi Kimia
Teori ini dikemukakan oleh Harold Urey. Teori ini
menyatakan bahwa asal-usul kehidupan diawali dengan adanya senyawa organik di
atmosfer yang berupa gas-gas seperti metana (CH4), Hidrogen(H2), Uap air (H2O),
dan amonia (NH3) yang bereaksi dengan bantuan energi dari sinar kosmis dan
kilatan listrik halilintar sehingga terbentuk asam amino yang merupakan bahan
dasar pembangunan kehidupan. Proses terbentuknya makhluk hidup menurut teori
Urey terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1) Tersedianya uap air, metana, hidrogen, dan amonia dalam jumlah yang banyak
di atmosfir bumi.
2) Adanya energi yang besar yang berasal dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sinar kosmis menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk senyawa
organik yang lebih besar dan kompleks.
3) Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana.
4) Zat hidup yang terbentuk berkembang menjadi sejenis organisme yang lebih
kompleks dalam waktu jutaan tahun.
g. Teori Evolusi Biologi
Teori evolusi biologi menyatakan bahwa mahluk hidup
pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik (evolusi kimia) yang
kemudian berkembang menjadi struktur kehidupan (sel). Berdasarkan hasil percobaan
Oparin, Haldane, dan Urey, asal usul kehidupan berasal dari sintesis dan
akumulasi monemer organik pada kondisi abiotik. Molekul yang dihasilkan secara
abiotik ini disebut protobion yang merupakan bentuk sel hidup awal yang belum
mampu bereproduksi tetapi mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya yang
berbeda dari lingkungan sekitarnya
Protobion inilah yang merupakan mahluk hidup pertama
yang bersifat hetetrof primer yang hidup secara anaerob. Sel mengalami
perkembangan melalui evolusi dari bentuk yang paling sederhana ke bentuk yang
paling kompleks.
3.2. Perkembangbiakan Secara Seksual Dan Aseksual
A. Perkembangbiakan Secara Seksual Dan Aseksual
1. Reproduksi Seksual
(Generatif)
Reproduksi
biologis atau reproduksi seksual dalah suatu proses biologis penggunaan seks
secara rutin dimana individu organisme baru diproduksi.
Reproduksi
adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk
kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses
reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua
jenis: seksual dan aseksual.
Dalam
reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa
keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri
menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian,
reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan
tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.
Reproduksi
seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang
berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual.
Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual,
sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, bereproduksi
secara aseksual.
Pada
reproduksi seksual/generatif terjadi persatuan dua macam gamet dari dua
individu yang berbeda jenis kelaminnya, sehingga terjadi percampuran materi
genetik yang memungkinkan terbentuknya individu baru dengan sifat baru.
Pada
organisme tingkat tinggi mempunyai dua macam gamet, gamet jantan atau
spermatozoa dan gamet betina atau sel telur, kedua macam gamet tersebut dapat
dibedakan baik dari bentuk, ukuran dan kelakuannya, kondisi gamet yang demikian
disebut heterogamet.
Peleburan
dua macam gamet tersebut disebut singami. Peristiwa singami didahului dengan
peristiwa fertilisasi (pembuahan) yaitu pertemuan sperma dengan sel telur.
Pada
organiseme sederhana tidak dapat dibedakan gamet jantan dan gamet betina karena
keduanya sama, dan disebut isogamet. Bila salah satu lebih besar dari lainnya
disebut anisogamet.
2.
Reproduksi
Aseksual (Vegetatif)
Reproduksi
Vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secara aseksual (tanpa adanya
peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi Vegetatif bisa terjadi
secara alami maupun buatan.
a. Vegetatif Alami
Vegetatif
Alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain
seperti manusia.
b. Vegetatif Buatan
Vegetatif
Buatan adalah reproduksi aseksual yang terjadi karena bantuan pihak lain
seperti manusia.
Reproduksi
aseksual dapat dibagi atas lima jenis, yaitu :
1. Fisi
Fisi
terjadi pada organisme bersel satu. Pada proses fisi individu terbelah menjadi
dua bagian yang sama.
2. Pembentukan
spora
Dibentuk
di dalam tubuh induknya dengan cara pembelahan sel. Bila kondisi lingkungan
baik, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi individu baru, spora
dihasilkan oleh jamur, lumut, paku, sporozoa (salah satu kelas protozoa) dan
kadang-kadang juga dihasilkan oleh bakteri.
3. Pembentukan
tunas
Organisme
tertentu dapat membentuk tunas, berupa tonjolan kecil yang akan berkembang dan
kemudian mempunyai bentuk seperti induknya dengan ukuran kecil. Kemudian tunas
ini akan lepas dari induknya dan dapat hidup sebagai individu baru. Pembentukan
tunas merupakan ciri khas sel ragi dan Hydra (sejenis Coelenterata).
4. Fragmentasi
Kadang-kadang
satu organisme patah menjadi dua bagian atau lebih, kemudian setiap bagian akan
tumbuh menjadi individu baru yang sama seperti induknya. Peristiwa fragmentasi
bergantung pada kemampuan regenerasi yaitu kemampuan memperbaiki jaringan atau
organ yang telah hilang. Fragmentasi terjadi antara lain pada hewan spons
(Porifera), cacing pipih, algae
5. Propagasi
vegetatif
Istilah
propagasi vegetatif diberikan untuk reproduksi vegetatif/tumbuhan berbiji. Pada
proses propagasi bila bagian tubuh tanaman terpisah maka bagian tersebut akan
berkembang menjadi satu/lebih tanaman baru.
B.
Contoh
Perkembangbiakan Secara Seksual & Aseksual
1. Seksual
(Generatif)
Merupakan proses reproduksi yang melibatkan dua individu, biasanya
memiliki jenis kelamin berbeda. Pada organisme tingkat tinggi, terjadi
pertemuan antara dua gamet, yaitu gamet jantan (spermatozoa) dan gamet betina
(sel telur/ovum). Kedua macam gamet ini dibedakan mulai dari bentuk, ukuran,
dan kelakuannya. Kondisi gamet yang berbeda ini disebut
heterogamet. Peleburan dua macam gamet tersebut disebut singami.
Peristiwa singami didahului peristiwa fertilisasi (pembuahan) yaitu pertemuan sperma
dengan sel telur. Pada organisme sederhana tidak dapat dibedakan gamet
jantan dan gamet betina karena keduanya sama dan disebut isogamet. Bila
salah satu lebih besar dari lainnya disebut anisogamet.
Contoh sederhana, kita sebagai manusia merupakan organisme kompleks yang
melakukan reproduksi seksual, sementara organisme yang sederhana, kebanyakan
melakukan reproduksi aseksual.
Contoh lain :
a. Penyerbukan
pada Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)
Adalah menempelnya serbuk sari ke ilang bakal biji (mikrofil), dan
terjadi pembuahan tunggal. Alat reproduksi berupa strobilus
jantan dan strobilus betina. Proses penyerbukan gymnospermae berjalan
alami, dan umumnya dibantu oleh angin. Contoh dari tumbuhan gymnospermae, yaitu
melinjo, pinus, damar, pakis haji, dan cycas.
b. Penyerbukan
pada Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae)
Menempelnya serbuk sari ke kepala putik dan terjadi pembuahan
ganda. Alat perkembangbiakannya berupa bunga.
Berdasarkanperhiasan
bunga dan alat kelamin bunga :
·
Perhiasan Bunga : kelopak dan mahkota bunga
·
Alat Kelamin bunga : Benang sari (alat
perkembangbiakan jantan) dan putik (alat perkembangbiakan betina). Benang sari
berada pada lingkaran di luar putik
Berdasarkan kelengkapan bunganya :
·
Bunga lengkap : Bunga yang memiliki kelopak,
mahkota, benang sari dan putik. (Contoh : Bunga Sepatu, Bunga Cabai, Mawar,
Melati, Jeruk)
·
Bunga Tidak Lengkap : Bunga yang tidak memiliki
salah satu, atau beberapa bagian bunga baik perhiasan maupun alat kelamin.
2. Aseksual (Vegetatif)
Merupakan proses reproduksi tanpa
adanya peleburan antara sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi aseksual
terbagi menjadi dua, yaitu vegetatif alami dan vegetatif buatan.
a. Vegetatif
Alami
·
Fisi : Terjadi pada organisme bersel satu,
organisme ini akan terbelah menjadi dua bagian yang sama contoh : Pembelahan sel
bakteri dan plasmodium (repoduksi dengan fisi ganda, inti sel membelah
berulang kali dan kemudian setiap anak inti dikelilingi sitoplasma), proses ini
disebut skizogoni.
·
Pembentukan spora : dibentuk di dalam
tubuh induknya dengan cara pembelahan sel. Bila kondisi lingkungan baik, maka
spora akan berkecambah dan terbentuk individu baru. Contoh : jamur, lumut,
paku
·
Pembentukan Tunas : Tunas yaitu berupa
tonjolan kecil yang akan berkembang dan membentuk sama seperti induknya dengan
ukuran kecil. Kemudian tunas ini dapat di lepas dan apabila di tanam, tumbuh
sebagai individu baru. Contoh : Sel Ragi dan Hydra (sejenis
coelenterata)
·
Fragmentasi :Ketika organisme patah, terbelah
menjadi dua bagian, dan patahan tersebut dapat tumbuh kembali menjadi individu
baru. Fragmentasi ini tergantung pada kemampuan regenerasi, yaitu memperbaiki
jaringan atau organ yang telah hilang. Contoh : cacing pipih, algae
berbentuk benang
·
Propagasi Vegetatif : Propagasi vegetatif
ini diberikan untuk tumbuhan berbiji. Proses ini adalah bila bagian tubuh
tanaman terpisah, maka bagian tersebut akan tumbuh menjadi satu/lebih tanaman
baru.
3.3. Geografi Kehidupan
A.
Penyebaran Makhluk
Hidup
Secara
alamiah di alam ini terdapat beraneka ragam jenis kehidupan. Kehidupan tersebut
tersebar di berbagai lapisan biosfer, seperti di permukaan bumi, di dalam
tanah, air, dan udara. Masing-masing kehidupan berbeda satu sama lain, bahkan
makhluk hidup yang terdapat pada satu lapisan pun masih terdiri atas bermacam
jenis. Terjadinya keanekaragaman makhluk hidup ditentukan oleh berbagai hal,
antara lain sebagai berikut.
a. Proses Perkembangan Makhluk Hidup (Evolusi)
Dalam masa kehidupan
suatu jenis makhluk hidup terjadi proses perkembangan dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang lebih sempurna. Perubahan tersebut terjadi secara
perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama sekali.
b. Seleksi Alam
Seleksi alam adalah
penyaringan suatu lingkungan hidup oleh alam sehingga yang tetap tinggal
hanyalah makhluk hidup yang mampu menyesuaikan diri.
c. Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan (Adaptasi)
Jika suatu makhluk
hidup ingin tetap tinggal hidup maka dia harus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan di sekitarnya. Sebagai contoh, kucing di daerah tropis memiliki bulu
yang lebih tipis diban ding kucing yang hidup di daerah beriklim dingin.
Makhluk tersebut dapat dikatakan telah beradaptasi dengan lingkungannya
masing-masing.
Dalam hal penyebaran
makhluk hidup, pada masing-masing lapisan biosfer pun terdapat perbedaan. Bagi
kehidupan di darat penyebaran makhluk hidup dipengaruhi oleh iklim, kesuburan
tanah, bentuk permukaan bumi, ketersediaan air, dan lain-lain. Sebagai contoh,
manusia memiliki kecenderungan untuk menempati suatu daerah yang memiliki
kondisi alam yang menguntungkan baginya sehingga terjadilah pengelompokan
penduduk di daerah-daerah yang subur dengan persediaan air yang cukup.
B.
Pembagian Wilayah
Berdasarkan Iklim
Iklim adalah
keadaan cuaca rata-rata, meliputi daerah yang luas dan waktunya lama (30
tahun). Ilmu yang mempelajari iklim disebut Klimatologi. Unsur-unsur iklim
antara lain meliputi letak garis lintang, letak tinggi tempat, suhu udara,
kelembaban udara, curah hujan, pengaruh arus laut, pengaruh topografi dan
vegetasi. Iklim berdasarkan letak garis lintang disebut juga iklim matahari.
1. Iklim Matahari
Iklim matahari
disebut juga iklim garis lintang, karena didasarkan atas letak lintang suatu
wilayah di permukaan bumi. Iklim ini dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a. Iklim tropis, terletak antara
23½Âº LU – 23½Âº LS. Cirinya suhu udara selalu tinggi dan curah hujan juga
tinggi.
b. Iklim sub tropis, terletak antara
23½Âº – 40o baik di belahan bumi utara maupun belahan bumi selatan. Cirinya
tekanan udara selalu tinggi dan kering. Oleh sebab itu pada wilayah ini banyak
dijumpai gurun pasir dan savana.
c. Iklim sedang, terletak antara 40o
– 66½Âº baik di belahan bumi utara mapun belahan bumi selatan. Cirinya daerah
ini memiliki empat musim, yaitu musim panas, gugur, dingin, dan semi.
d. Iklim dingin atau kutub, terletak
antara 66½Âº – 90º, baik di belahan bumi utara maupun belahan bumi selatan.
Cirinya suhu udara sangat dingin.
Berdasarkan klasifikasi
ini Indonesia termasuk beriklim tropis, karena seluruh wilayah Indonesia berada
di antara garis balik utara (23½Âº LU) dan garis balik selatan (23½Âº LS).
Ingatkah kalian bahwa Indonesia berada 6º LU s/d 11º LS.
2. Iklim Yunghuhn
Yunghuhn membuat
klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian tempat dan tanaman budidaya yang dapat
tumbuh di daerah tersebut. Kita tahu bahwa semakin tinggi tempat maka suhu
makin dingin. Oleh sebab itu tanaman budidaya yang dapat tumbuh akan
berbeda-beda. Berikut pembagian iklim menurut Yunghuhn.
C.
Menyebutkan Pembagian
Wilayah Untuk Penyebaran Binatang
Persebaran hewan di
muka bumi ini didasarkan oleh faktor fisiografik, klimatik dan biotik yang
berbeda antara wilayah yang satu dengan lainnya, sehingga menyebabkan perbedaan
jenis hewan di suatu wilayah. Seperti diketahui setiap spesies hewan mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam mengatasi hambatan-hambatan. Andaikan tidak ada
hambatan-hambatan maka persebaran hewan akan berjalan terus. Misalnya hewan
yang biasa hidup di pegunungan akan sulit hidup di dataran rendah. Atau hewan
yang biasa hidup di daerah panas akan sulit hidup di daerah yang beriklim
dingin atau kurang curah hujannya. Di samping itu faktor sejarah geologi juga
mempengaruhi persebaran hewan di wilayah tertentu karena wilayah tersebut
pernah menjadi satu. Namun hewan berbeda dengan tumbuhan yang bersifat pasif.
Pada hewan, bila habitatnya dirasakan sudah tidak cocok, seringkali secara
masal mengadakan migrasi ke tempat lainnya. Oleh karena itu pola persebaran fauna
tidak setegas persebaran flora. Adakalanya hewan khas di suatu wilayah juga
terdapat di wilayah lainnya.
Pada tahun 1876
Alfred Russel Wallace membagi wilayah persebaran fauna atas 8 wilayah yaitu:
Ethiopian, Palearktik, Oriental, Australian, Neotropical dan Neartik, Oceanik
dan Antartik. Untuk lebih jelas dan pemahaman Anda semakin mantap mengenai
letak wilayah persebarannya, cobalah sambil mempelajari materi ini juga
menggunakan peta dunia. Kedelapan wilayah persebaran fauna tersebut adalah
sebagai berikut.
a.
Wilayah
Ethiopian
Wilayah
persebarannya meliputi benua Afrika, dari sebelah Selatan Gurun Sahara,
Madagaskar dan Selatan Saudi Arabia.Hewan yang khas daerah ini adalah: gajah
Afrika, badak Afrika, gorila, baboon, simpanse, jerapah. Mamalia padang rumput
seperti zebra, antilope, kijang, singa, jerapah, harimau, dan mamalia pemakan
serangga yaitu trengiling. Mamalia endemik di wilayah ini adalah Kuda Nil yang
hanya terdapat di Sungai Nil, Mesir. Namun di Madagaskar juga terdapat kuda Nil
namun lebih kecil. Menurut sejarah pulau Madagaskar pernah bersatu dengan
Afrika. Wilayah Ethiopian juga memiliki hewan yang hampir sama dengan di
wilayah Oriental seperti: golongan kucing, bajing, tikus, babi hutan,
kelelawar, dan anjing.
b.
Wilayah
Paleartik
Wilayah
persebarannya sangat luas meliputi hampir seluruh benua Eropa, Uni Sovyet,
daerah dekat Kutub Utara sampai Pegunungan Himalaya, Kepulauan Inggris di Eropa
Barat sampai Jepang, Selat Bering di pantai Pasifik, dan benua Afrika paling
Utara. Kondisi lingkungan wilayah ini bervariasi, baik perbedaan suhu, curah
hujan maupun kondisi permukaan tanahnya, menyebabkan jenis faunanya juga
bervariasi. Beberapa jenis fauna Paleartik yang tetap bertahan di lingkungan
aslinya yaitu Panda di Cina, unta di Afrika Utara, binatang kutub seperti rusa
Kutub, kucing Kutub, dan beruang Kutub. Binatang-binatang yang berasal dari
wilayah ini antara lain kelinci, sejenis tikus, berbagai spesies anjing,
kelelawar. Bajing, dan kijang telah menyebar ke wilayah lainnya.
c.
Wilayah
Nearktik
Wilayah
persebarannya meliputi kawasan Amerika Serikat, Amerika Utara dekat Kutub
Utara, dan Greenland. Hewan khas daerah ini adalah ayam kalkun liar, tikus
berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison, muskox, caribau, domba gunung. Di
daerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang ada di wilayah Palearktik
seperti: kelinci, kelelawar, anjing, kucing, dan bajing.
d.
Wilayah
Neotropikal
Wilayah
persebarannya meliputi Amerika Tengah, Amerika .Selatan, dan sebagian besar
Meksiko. Iklim di wilayah ini sebagian besar beriklim tropik dan bagian Selatan
beriklim sedang. Hewan endemiknya adalah ikan Piranha dan Belut listrik di
Sungai Amazone, Lama (sejenis unta) di padang pasir Atacama (Peru), tapir, dan
kera hidung merah. Wilayah Neotropikal sangat terkenal sebagai wilayah fauna
Vertebrata karena jenisnya yang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti
beberapa spesies monyet, trenggiling, beberapa jenis reptil seperti buaya,
ular, kadal, beberapa
e.
Wilayah
Oriental
Fauna di wilayah
ini tersebar di kawasan Asia terutama Asia Selatan dan Asia tenggara. Fauna
Indonesia yang masuk wilayah ini hanya di Indonesia bagian Barat. Hewan yang
khas wilayah ini adalah harimau, orang utan, gibbon, rusa, banteng, dan badak
bercula satu. Hewan lainnya adalah badak bercula dua, gajah, beruang, antilop
berbagai jenis reptil, dan ikan. Adanya jenis hewan yang hampir sama dengan
wilayah Ethiopian antara lain kucing, anjing, monyet, gajah, badak, dan
harimau, menunjukkan bahwa Asia Selatan dan Asia Tenggara pernah menjadi satu
daratan dengan Afrika.
f. Wilayah Australian
Wilayah
ini mencakup kawasan Australia, Selandia Baru, Irian, Maluku, dan pulau-pulau
sekitarnya. Beberapa hewan khas wilayah ini adalah kanguru, kiwi, koala, cocor
bebek (sejenis mamalia bertelur). Terdapat beberapa jenis burung yang khas
wilayah ini seperti burung cendrawasih, burung kasuari, burung kakaktua, dan
betet. Kelompok reptil antara lain buaya, kura-kura, ular pitoon.
g. Wilayah Oceanik
Fauna
di wilayah ini tersebar di kawasan kepulauan di Samudra Pasifik. Wilayah ini
merupakan pengembangan dari wilayah Australian daratan, dengan spesifikasi
fauna tertentu. Oleh karena itu jenis faunanya hampir sama dengan wilayah
Australian.
h.
Wilayah
Antartik
Seperti namanya maka
wilayahnya mencakup kawasan di kutub Selatan. Jenis fauna yang hidup di daerah
ini memiliki bulu lebat dan mampu menahan dingin., misalnya rusa kutub, burung
pingguin, anjing laut, kelinci kutub, dan beruang kutub.
3.4. Evolusi
A.
Teori Evolusi Yang
Terjadi Pada Makhluk Hidup
Teori tentang evolusi merupakan
teori yang tetap hangat dipertentangkan sampai saat ini. Banyak tokoh yang
berpendapat tentang hal ini, tetapi belum ada satu teori yang dapat menjawab
semua fakta dan kejadian tentang sejarah perkembangan makhluk hidup. Beberapa
teori dari para ahli yang menjadi dasar dari teori evolusi, di antaranya sebagai
berikut.
1. Teori Evolusi Aristoteles
(384-322 SM)
Aristoteles
adalah seorang
filosof yang berasal dari Yunani, yang mencetuskan teori evolusi. Ia mengatakan
bahwa evolusi yang terjadi berdasarkan metafisika alam, maksudnya metafisika
alam dapat mengubah organisme dan habitatnya dari bentuk sederhana ke bentuk
yang lebih kompleks.
2. teori evolusi Anaximander (500
SM)
Anaximander
juga merupakan
seorang filosof yang berasal dari Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia berawal
dari makhluk akuatik mirip ikan dan mengalami proses evolusi.
3. Teori Evolusi Empedoclas (495-435
SM)
Empedoclas
adalah seorang
filosof Yunani. Ia mengemukakan teori bahwa kehidupan berasal dari lumpur hitam
yang mendapat sinar dari matahari dan berubah menjadi makhluk hidup. Evolusi
terjadi dengan dimulainya makhluk hidup yang sederhana kemudian berkembang
menjadi sempurna dan akhirnya menjadi beraneka ragam seperti sekarang ini.
4. Teori Evolusi Erasmus Darwin (1731-1802)
Erasmus
Darwin adalah kakek dari Charles Robert Darwin, seorang tokoh
evolusi berkebangsaan Inggris. Teorinya adalah bahwa evolusi terjadi karena
bagian fungsional terhadap stimulasi adalah diwariskan. Ia menyusun buku yang
berjudul Zoonamia yang menentang
teori evolusi dari Lamarck.
5. teori evolusi Count de Buffon
(1707-1788)
Buffon berpendapat bahwa variasi-variasi
yang terjadi karena pengaruh alam sekitar diwariskan sehingga terjadi
penimbunan variasi.
6. Teori Evolusi Sir Charles Lyell (1797-1875)
Lyell
adalah seorang
ilmuwan yang berasal dari Skotlandia dengan bukunya yang terkenal berjudul Principles of Geology. Di dalam
bukunya tersebut Lyell berpendapat
bahwa permukaan bumi terbentuk melalui proses bertahap dalam jangka waktu yang
lama.
7. Teori Evolusi Jean Baptise De
Lamarck
Jean
Baptise de Lamarck (1744
– 1829) seorang ahli biologi kebangsaan Perancis, memiliki suatu gagasan dan
menuliskannya dalam bukunya berjudul “Philoshopic”.
8.
Teori
Evolusi Charles Robert Darwin (1809–1882)
Charles
Robert Darwin (1809–1882) adalah
seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang melakukan pelayaran pada tahum 1831.
Dengan menggunakan kapal HMS Beagel, ia melakukan pelayaran menuju ke Kepulauan
Galapagos, yang merupakan kepulauan terpencil kurang lebih 1050 km dari dari
daratan utama Amerika Serikat. Dalam pelayarannya hingga sampai di Kepulauan Galapagos
tersebut Charles Darwin menemukan dan mengamati berbagai macam burung Finch
yang memiliki berbagai macam bentuk paruh. Perbedaan morfologi tersebut
ternyata menunjukkan adanya hubungan kekerabatan dengan burung yang ada di
Amerika Serikat. Hasil penemuan burung Finch oleh Darwin.
B.
Perubahan Pada
Makhluk Hidup Yang Disebabkan Oleh Adanya Adaptasi Dan Seleksi Alam
Evolusi adalah
perubahan genotip pada suatu populasi yang berlangsung secara perlahan-lahan
dan memerlukan waktu yang sangat panjang.
Teori evolusi menurut Jean Lamarck
·
Evolusi
organik terjadi karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungannya dapat diturunkan.
·
Organ
yang mengalami perubahan karena terus menerus dipakai akan berkembang makin
sempurna dan organ yang tidak diperlukan lagi lama kelamaan perkembangannya
menurun dan akhirnya rudiment atau atrofi.Teori Lamarck disanggah Weismann.
Teori evolusi menurut Charles Darwin
·
Spesies
yang ada sekarang adalah keturunan dari spesies-spesies sebelumnya.
·
Seleksi
alam sangat menentukan berlangsungnya mekanisme evolusi.
a.
Ciri-ciri
proses evolusi
1. Evolusi adalah perubahan dalam
satu populasi BUKAN perubahan individu.
2. Perubahan yang terjadi hanya
frekuensi gen-gen tertentu, sedangkan sebagian besar sifat gen tidak berubah.
3. Evolusi memerlukan penyimpangan
genetik sebagai bahan mentahnya. Dengan kata lain harus ada perubahan genetik
dalam evolusi.
4. Dalam evolusi perubahan diarahkan
oleh lingkungan, harus ada faktor pengarah sehingga evolusi adalah perubahan
yang selektif.
b.
Faktor
perubahan
1. Mutasi gen maupun mutasi kromosom
menghasilkan bahan mentah untuk evolusi. Tetapi Darwin sendiri sebenarnya tidak
mengenal mutasi ini, sementara mutasi merupakan peristiwa yang sangat penting
yang mendukung keabsahan teori Darwin
2. Rekombinasi perubahan yang
dikenal Darwin. Rekombinasi dari hasil-hasil mutasi memperlengkap bahan mentah
untuk evolusi.
c.
Adaptasi
morfologi
Adaptasi morfologi
adalah penyesuaian bentuk tubuh. Struktur tubuh. atau alat-alat tubuh organisme
terhaclap lingkungannya. Kamu dengan mudah dapat mengamati adaptasi morfologi
karena perubahan yang terjadi merupakan perubahan bentuk luar. Contoh adaptasi
morfologi adalah sebagai berikut.
d.
Adaptasi
Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah
penyesuaian fungsi alat-alat tubuh organisme terhadap lingkungannya. Kamu tidak
mudah mengamati adaptasi fisiologi karena adaptasi fisiologi menyangkut fungsi
alat-alat tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh.
e.
Adaptasi
tingkah laku
Adaptasi tingkah
laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan dalam bentuk tingkah
laku.
d.
Seleksi
Alam
Seleksi alam adalah
proses di alam. Misalnya perubahan lingkungan. Persaingan antarorganisme. dan
proses makan dimakan. yang dapat memilih organisme yang dapat bertahan hidup
atau tidak dapat bertahan hidup di alam.
Di Kepulauan Galapagos juga terdapat contoh adanya seleksi alam yang lain.
Kaktus yang hidup di pulau yang tidak dihuni kura-kura tumbuh rendah dengan
duri-duri lunak. Adapun kaktus yang hidup di pulau yang dihuni kura-kura tumbuh
seperti pohon dengan batang tebal dan tinggi serta dilindungi oleh duri yang
keras dan kaku. Organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam akan mampu
bertahan hidup. Sebaliknya. organisme yang tidak berhasiI lolos dari seleksi
alam akan punah. Contoh organisme yang punah karena seleksi alam adalah
dinosaurus. Beberapa teori berusaha menjelaskan punahnya dinosaurus. Salah
satunya menyebutkan bahwa dinosaurus punah karena jutaan tahun yang lalu sebuah
meteor menabrak bumi. Tabrakan itu menimbulkan ledakan hebat yang mengakibatkan
terlepasnya sejumlah besar debu ke atmoster. Debu tersebut menghalangi sinar
matahari sehingga tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis. Akibatnya,
banyak tumbuhan mati. Dinosaurus yang herbivor tidak mendapatkan makanan dan
mati. Dinosaurus pemakan daging yang tidak mendapat mangsa akhirnya punah.
C.
Contoh Makhluk
Hidup Yang Mengalami Perubahan Atau Evolusi Karena
Adaptasi Dan Seleksi Alam
Bagian tubuh makhluk hidup dapat berubah baik ciri, sifat,
dan karakternya karena pengaruh lingkungan hidupnya. Jika bagian tubuh dari
makhluk hidup selalu atau sering digunakan, maka bagian tersebut makin lama
dapat berubah sehingga sesuai untuk digunakan pada lingkungan tersebut.
Sebaliknya bagian tubuh yang tidak pernah atau jarang digunakan lagi makin lama
akan menghilang (rudimenter). Bagian tubuh yang telah mengalami perubahan dan
sudah sesuai dengan lingkungannya dikatakan bagian yang telah beradaptasi pada
lingkungan. Bagian yang telah beradaptasi tersebut memiliki ciri atau karakter
yang berbeda dengan aslinya. Bagian ini dinamakan ciri atau karakter atau sifat
perolehan. Sifat perolehan tersebut akan diwariskan kepada keturunannya dari
generasi ke generasi. Demikianlah seterusnya sehingga suatu saat nanti muncul
makhluk hidup yang lebih maju daripada moyangnya. Teori yang dikemukakan
Lamarck tersebut dikenal dengan use and disuse.
Lamarck mengambil contoh mengenai panjang leher jerapah. Menurutnya
nenek moyang jerapah dahulu berleher pendek. Pada suatu ketika terjadilah
bencana kekeringan sedemikian rupa sehingga jerapah hanya dapat memperoleh
makanan dengan mengambil daun-daun yang ada di pepohonan. Karena sering
mengambil daun-daun dipohon untuk dimakan, akibatnya leher jerapah tertarik,
makin lama makin panjang. Akhirnya sifat perolehan yang baru yaitu leher
panjang diwariskan pada generasi-generasi berikutnya sehingga jerapah sekarang
berleher panjang.
Sumber
·
http://rrestiyani.blogspot.com/2012/04/evolusi-adaptasi-dan-seleksi-alam.html