Nama: Sharia Vebiriana
Kelas: 3PA03
NPM: 16512960
Konsep Dasar Teori Dari Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku
Atau Kepribadian
Pendekatan eksistensial berkembang
sebagai reaksi atas dua model utama yang lain, yaitu psikoanalisis dan
behaviorisme. Kedudukan psikoanalisis bahwa kemerdekaan terbatas pada
kekuatan-kekuatan dorongan irasional dan peristiwa yang telah lalu. Kedudukan
behaviorisme bahwa kemerdekaan terbatas oleh pengkondisian sosial budaya.
Meskipun terapi eksistensial menerima premis bahwa pilihan kita terbatas pada
keadaan eksternal, terapi menolak pendapat yang mengatakan bahwa kita
ditentukan olehnya.
Terapi eksistensial berdasarkan pada
asumsi bahwa kita bebas dan oleh karenanya bertanggung jawab atas pilihan yang
kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Pandangan eksistensial didasarkan
pada model pertumbuhan dan mengkonsepkan kesehatan bukan keadaan sakit. Seperti
yang ditulis Deurzen-Smith (1988), konseling eksistensial tidak dirancang untuk
menyembuhkan seperti tradisi model medis. Klien tidak dipandang sebagai orang
yang sedang sakit melainkan sebagai orang yang merasa bosan atau kikuk dalam
menjalani kehidupan
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi
manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada
pemahaman atas manusia alih – alih suatu system teknik – teknik yang
digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu
pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi –
terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep dan asumsi –
asumsi tentang manusia. ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial
yaitu:
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,
suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir
dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan
semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih
alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka
pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan
membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas
manusia. Kesadaran diri itu membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain.
Manusia bisa tampil di luar diri dan berefleksi atas keberadaannya. Pada
hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang, maka ia semakin hidup
sebagai pribadi atau sebagaimana dinyatakan oleh Kierkegaard, "Semakin
tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri seseorang." Tanggung jawab
berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan kesadaran, seseorang bisa menjadi
sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. Sebagaimana dinyatakan oleh May
(1953), "Manusia adalah makhluk yang bisa menyadari dan, oleh karenanya,
bertanggung jawab atas keberadaannya”.
Kesadaran bisa dikonseptualkan dengan
cara sebagai berikut: Umpamakan Anda berjalan di lorong yang di kedua sisinya
terdapat banyak pintu, Bayangkan bahwa Anda bisa membuka beberapa pintu, baik
membuka sedikit ataupun membuka lebar-lebar. Barangkali, jika Anda membuka satu
pintu, Anda tidak akan menyukai apa yang Anda temukan di dalamnya menakutkan
atau menjijikkan. Di lain pihak, Anda bisa menemukan sebuah ruangan yang
dipenuhi oleh keindahan. Anda mungkin berdebat dengan diri sendiri, apakah akan
membiarkan pintu itu tertutup atau terbuka. Apabila seorang konselor dihadapkan
pada konseli yang kesadaran dirinya kurang maka konselor harus menunjukkan
kepada konseli bahwa harus ada pengorbanan untuk meningkatkan kesadaran diri.
Dengan menjadi lebih sadar, konseli akan lebih sulit untuk “ kembali ke rumah
lagi“, menjadi orang yang seperti dulu lagi.
Dalam pengertian yang sesungguhnya,
peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif,
motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi dan atas tujuan-tujuan
pribadi adalah tujuan segenap konseling
2. Kebebasan dan
tanggung jawab.
Manusia adalah makhluk yang menentukan
diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih di antara altematif-altematif.
Karena manusia pada dasarnya bebas, maka dia
harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan, dan
putusan pada pusat keberadaan manusia. Jika kesadaran dan kebebasan dihapus
dari manusia, maka dia tidak lagi hadir sebagai manusia, sebab
kesanggupan-kesanggupan itulah yang memberinya kemanusiaan. Pandangan
eksistensial adalah bahwa individu, dengan putusan-putusannya, membentuk nasib
dan mengukir keberadaannya sendiri. Seseorang menjadi apa yang diputuskannya,
dan dia harus bertanggung jawab atas jalan hidup yang ditempuhnya. Tillich
mengingatkan, "Manusia benar-benar menjadi manusia hanya saat mengambil
putusan. Sartre mengatakan, "Kita adalah pilihan kita." Nietzsche
menjabarkan kebebasan sebagai "kesanggupan untuk menjadi apa yang memang
kita alami". Ungkapan Kierkegaard, "memilih diri sendiri",
menyiratkan bahwa seseorang bertanggung jawab atas kehidupan dan keberadaannya.
Sedangkan Jaspers menyebutkan bahwa "kita adalah makhluk yang
memutuskan".
Tugas konselor adalah mendorong konseli
untuk belajar menanggung risiko terhadap akibat penggunaan kebebasannya. Yang
jangan dilakukan adalah melumpuhkan konseli dan membuatnya bergantung secara
neurotik pada konselor. Konselor perlu mengajari konseli bahwa dia bisa mulai
membuat pilihan meskipun konseli boleh jadi telah menghabiskan sebagian besar
hidupnya untuk melarikan diri dari kebebasan memilih
3. Kecemasan
Kecemasan adalah
suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasi yang kuat untuk
pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk
memilih. Kebanyakan orang mencari bantuan profesional karena mereka mengalami
kecemasan atau depresi. Banyak konseli yang memasuki kantor konselor disertai
harapan bahwa konselor akan mencabut penderitaan mereka atau setidaknya akan
memberikan formula tertentu untuk mengurangi kecemasan mereka. Konselor yang
berorientasi eksistensial, bagaimanapun, bekerja tidak semata-mata untuk
menghilangkan gejala-gejala atau mengurangi kecemasan. Sebenarnya, konselor
eksistensial tidak memandang kecemasan sebagai hal yang tak diharapkan. Ia akan
bekerja dengan cara tertentu sehingga untuk sementara konseli bisa mengalami
peningkatan taraf kecemasan. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan adalah:
Bagaimana konseli mengatasi kecemasan? Apakah kecemasan merupakan fungsi dari
pertumbuhan ataukah fungsi kebergantungan pada tingkah laku neurotik? Apakah
konseli menunjukkan keberanian untuk membiarkan dirinya menghadapi kecemasan
atas hal-hal yang tidak dikenalnya? Kecemasan adalah bahan bagi konseling yang
produktif, baik konseling individual maupun konseling kelompok. Jika konseli
tidak mengalami kecemasan, maka motivasinya untuk berubah akan rendah.Kecemasan
dapat ditransformasikan ke dalam energi yang dibutuhkan untuk bertahan
menghadapi risiko bereksperimen dengan tingkah laku baru. Implikasi-implikasi
konseling bagi kecemasan. Kebanyakan orang mencari bantuan profesional karena
mereka mengalami kecemasan atau depresi banyak klien yang memasuki kantor
konselor disertai harapan bahwa konselor akan mencabut penderitaan mereka atau
setidaknya akan memberikan formula tertentu untuk mengurangi kecemasan mereka.
Konselor yang berorientasi eksistensial tidak semata-mata untuk menghilangi
gejala-gejala atau kecemasan. Konselor eksistensial tidak memandang kecemasan
sebagai hal yang tidak diharapkan. Kecemasan adalah bahan bagi konseling yang
produktif baik konseling individual maupun konseling kelompok. Kecemasan dapat
ditransformasikan kedalam energi yang dibutuhkan untuk bertahan menghadapi
resiko bereksperimen dengan tingkah laku baru.
4. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk
menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan
dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk
rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan
kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk
mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai
taraf tertentu.
Tema-tema dan dalil-dalil utama eksistensial:
penerapan-penerapan pada praktek terapi
Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang
menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi
aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia. Kesadaran diri
membedakan manusia dengan makhluk-makluk lain. Pada hakikatnya, semakin tinggi
kesadaran diri seseorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi. Meningkatkan
kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup
secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup
kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, factor-faktor yang
membentuk pribadi, dan atas tujuan – tujuan pribadi, adalah tujuan segenap
konseling.
Dalil
2 : Kebebasan dan tanggung jawab
Kebebasan adalah kesanggupan untuk meletakkan perkembangan
di tangan sendiri dan untuk memilih di antara alternatif – alternatif.
Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan dan
putusan pada pusat keberadaan manusia. Tugas terapis adalah membantu kliennya
dalam menemukan cara-cara klien sama sekali menghindari penerimaan
kebebasannya, dan mendorong klien itu untuk belajar menanggung resiko atas
keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
Dalil 3 : Keterpusatan dari kebutuhan
akan orang lain
Kita masing-masing memiliki kebutuhan yang kuat untuk
menemukan suatu diri, yakni menemukan identitas pribadi kita. Kita membutuhkan
hubungan dengan keberadaan-keberadaan yang lain. Kita harus memberikan diri
kita kepada orang lain dan terlibat dengan mereka.
Keberanian untuk ada. Usaha menemukan inti
dan belajar bagaimana hidup dari dalam memerlukan keberanian. Kita berjuang
untuk menemukan, untuk menciptakan, dan untuk memelihara inti dari ada kita.
Pengalaman kesendirian. Bahwa kita memikul
tanggung jawab atas pilihan-pilihan kita berikut hasil-hasilnya, bahwa
komunikasi total dari individu yang satu dengan individu yang lainnya tidak
pernah bisa dicapai, bahwa kita adalah individu-individu yang terpisah dari
orang lain, dan bahwa kita adalah unik.
Pengalaman keberhubungan. Bahwa kita
bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk kemanusiaan kita, dan kita
memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam dunia orang lain,
yang mana kehadiran orang lain penting dalam dunia kita, dan kita
memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia kita, maka kita mengalami
keberhubungan yang bermakna.
Dalil 4 : Pencarian makna
Terapi eksistensial bisa menyediakan kerangka konseptual
untuk membantu klien dalam usahanya mencari makna hidup. Manusia pada dasarnya
selalu dalam pencarian makna dan identitas diri.
Masalah penyisihan nilai-nilai
lama.
Nilai – nilai tradisional (dan nilai – nilai yang dialihkan kepada seseorang)
tanpa disertai penemuan nilai – nilai lain yang sesuai untuk menggantikannya.
Belajar untuk menemukan
maknadalam hidup. Hidup tidak memiliki makna dengan sendirinya, manusialah
yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu. Tugas proses terapeutik
adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan membantu klien dalam membuat
makna dari dunia yang kacau.
Pandangan eksistensial tentang
psikopatologi. Adanya konsep psikopatologi yang menyatakan tentang
dosa eksistensial yang timbul dari perasaan tidak lengkap atau dari kesadaran
seseorang bahwa tindakan-tindakan dan pilihan-pilihannya tidak bisa menyatakan
potensi-potensinya secara penuh sebagai pribadi.
Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat
hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana
merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga
motivasional yang kuat untuk pertumbuhan.
Kecemasan sebagai sumber
pertumbuhan. Kita mengalami kecemasan dengan meningkatnyakesadaran kita
atas kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi dari penerimaan ataupun
penolakan kebebasan kita itu.
Pelarian dari kecemasan. Suatu fungsi dari
penerimaan kita atas kesendirian dan, meskipun kita bisa menemukan hubungan
yang bermakna dengan orang lain, kita pada dasarnya tetap sendirian.
Implikasi-implikasi konseling
bagi kecemasan. Membantu klien untuk menyadari bahwa belajar menoleransi
keberdwiartian dan ketidaktentuan serta belajar bagaimana hidup tanpa sandaran
dapat merupakan fase yang penting dalam perjalanan dari hidup yang bergantung
kepada menjadi pribadiyang lebih otonom.
Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan
non ada
Para eksistensialis tidak memandang kematian secara
negative, dan mengungkapkan bahwa hidup memiliki makna karena memiliki
keterbatasan waktu. Karena kita bersifat lahiriah, bagaimanapun, kematian
menjadi pendesak bagi kita agar menganggap hidup dengan serius. Ketakuatan
terhadap kamatian membayangi mereka yang takut mengulurkan tangan dan benar –
benar merangkul kehidupan.
Dalil 7 : Perjuangan untuk aktualisasi
diri
Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang
pribadi, yakni mereka memiliki kecenderungan kearah pengembangan keunikan dan
ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi
potensi – potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu untuk
mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka ia akan mengalami
kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab demikianlah
alam mengharapkan mereka berbuat.
Unsur Unsur terapi
1. munculnya gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi
awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial,
menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas
pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan
sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan,
tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya
memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian
makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi
tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga
sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien
berpusat terapi.
2. Tujuan Terapi
·
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran
diri dan pertumbuhan.
·
Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan
memilih dan memperluas kesadaran diri.
·
Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah
kehidupan sendiri.
3. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik
memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
·
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
·
Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
·
Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
·
Berorientasi pada pertumbuhan
·
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai
suatu pribadi yang menyeluruh.
·
Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir
terletak di tangan klien.
·
Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan
untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·
Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta
meningkatkan kebebasan klien.
Tekhnik Tekhnik Terapi
Humansitik
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan
teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat
konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien. Teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
4. Memahami
5. Menentramkan
6. Memberi dorongan
7. 6.Pertanyaan terbatas
8. Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
9. Menunjukan sikap yang
mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
10. Bersikap mengijinkan
untuk apa saja yang bermakna
Sumber
·
hayatisaputriana.blogspot.com/2013/05/logotherapy.html